Beranda | Artikel
Tujuan Haji Merealisasikan Ketakwaan
Kamis, 20 Juli 2023

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Tujuan Haji Merealisasikan Ketakwaan adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Tujuan-Tujuan Haji. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada Senin, 22 Dzulhijjah 1444 H / 10 Juli 2023 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Tujuan Haji Merealisasikan Ketakwaan

Sesungguhnya di antara salah satu tujuan melaksanakan ibadah haji adalah mewujudkan rasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala banyak sekali mengulang di dalam ayat-ayat yang berkaitan dengan ibadah haji. Walaupun ayat tersebut tidak terlalu banyak, namun di antara fokusnya adalah memberikan wasiat kepada hamba untuk selalu bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala banyak sekali bisa didapatkan ketika melaksanakan ibadah haji dibandingkan seseorang melaksanakan ibadah-ibadah yang lainnya. Yang demikian kalau kita bisa memikirkan dengan pemikiran dengan jernih dan penghayatan yang bagus untuk mewujudkan cita-cita dari ibadah haji dan apa yang tujuan yang sebenarnya.

Ayat-ayat serta wasiat Allah Subhanahu wa Ta’ala berulang-ulang ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala berbicara tentang masalah haji, terutama di dalam surah Al-Baqarah.

Dalam ayat pertama, Allah Subhanahu wa Ta’ala memulainya dengan FirmanNya:

…وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Bertakwalah kalian kepada Allah, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki adzab yang sangat pedih.”(QS. Al-Baqarah[2]: 196)

Kemudian dipertengahan ayat-ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menyebutkan:

…وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

“Berbekallah kalian, dan sesungguhnya bekal yang terbagus adalah takwa. Dan takutlah kalian kepadaKu, wahai orang-orang yang memiliki hati.” (QS. Al-Baqarah[2]: 197)

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala mengakhiri ayat-ayat haji dengan firmanNya:

…وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

“Bertakwalah kalian kepada Allah, dan ketahuilah bahwa kalian akan dikumpulkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Baqarah[2]: 203)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman dalam surat Al-Hajj:

ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ

“Yang demikian, bagi mereka yang mengagungkan syiar-syiar Allah, sesungguhnya itu adalah bagian daripada ketakwaan yang ada di dalam hatinya.” (QS. Al-Hajj[22]: 32)

Dan juga Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ…

“Allah tidak menerima dan tidak menginginkan dagingnya atau darahnya, akan tetapi yang diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari kalian adalah takwa.” (QS. Al-Hajj[22]: 37)

Bertakwa Merupakan Wasiat Paling Agung

Bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan wasiat yang paling agung dan perbekalan yang paling indah untuk bertemu dengan hari kiamat. Yang demikian merupakan wasiat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada orang-orang terdahulu dan juga kepada orang-orang yang akan datang berikutnya dari hamba-hambaNya. Sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan dalam FirmanNya:

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ

“Dan Kami telah memberikan wasiat kepada orang-orang sebelum kalian dari Ahlul kitab, dan juga kalian hendaklah selalu bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla.” (QS. An-Nisa`[4]: 131)

Bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala juga merupakan wasiat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada umatnya. Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, apabila mengutus beberapa orang sahabatnya dalam suatu keperluan, maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpesan secara khusus agar selalu bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Berwasiat dengan takwa tersebut selalu diulang-ulang oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di dalam khutbahnya. Salah satunya ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkhutbah dalam haji wada’ pada tanggal 10 Dzulhijjah, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan wasiat untuk selalu bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan para Salafush Shalih senantiasa saling memberikan wasiat untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena itu merupakan perbekalan yang paling bagus untuk menyampaikan seorang hamba mendapatkan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Salah satunya adalah ketika seseorang berkata kepada Umar bin Khattab: “Bertakwalah kamu kepada Allah.” Maka Umar menjawab:

لا خير فيكم إن لم تقولوها، ولا خير فينا إن لم نقبلها

“Tidak ada kebaikan bagi kalian kalau kalian tidak mengatakannya. Dan tidak ada kebaikan bagi kami kalau seandainya kami tidak menerimanya.”

Dan ungkapan-ungkapan Salafush Shalih dalam masalah ini sangatlah banyak sekali.

Alangkah indahnya seorang jamaah yang melakukan ibadah haji. Ketika mereka melaksanakan ibadah yang mulia ini, berbekal dengan bekal yang sangat agung yang diberikan keberkahan oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Karena sesungguhnya wasiat bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang selalu diulang-ulang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam ayat yang berkaitan dengan ibadah haji. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berseru pada mereka-mereka memiliki hati untuk selalu bertakwa kepadaNya. Dan tentunya ini merupakan petunjuk bagi mereka-mereka yang memiliki jiwa, pikiran, hati, agar mereka senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, terutama karena mereka dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk melaksanakan ibadah haji yang mulia ini.

Haji merupakan sekolah ketakwaan

Hendaklah seorang hamba, mereka senantiasa menjadikan takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai tujuan yang paling utama dikala melaksanakan ibadah haji yang mulia ini. Kemudian mereka menggunakan akal pikirannya untuk merasakan dan menghayati, terutama dikala mereka berada di tempat-tempat yang dilebihkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, agar mereka mendapatkan ketakwaan. Karena haji merupakan sekolah yang paling bagus untuk mendapatkan ketakwaan. Ada pintu-pintu yang besar untuk mendapatkan ketakwaan dan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang dalam setiap amalan-amalan yang dilakukan, mereka bisa membawa pulang bagian yang sangat besar dalam rangka bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Karena ketika seorang hamba berada di tempat-tempat yang diagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, ini sangat memberikan bantuan kepada mereka untuk mewujudkan rasa bertakwa kepadaNya. Apalagi di dalam amalan-amalan ketika ibadah haji. Bagaimana kita melaksanakan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian latihan menerima bagaimana kita selalu beribadah, jauh dari hal-hal yang tidak diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, jauh dari hal-hal yang akan menyelewengkan kita dari ketidakpatuhan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan juga terhadap perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Seseorang yang diberikan kemudahan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala melaksanakan ibadah haji, mereka akan senantiasa melihat dirinya di hari-hari ibadah haji, ketika mereka berada di Baitullah, untuk selalu melakukan ketakwaan kepada Allah. Dia melihat dirinya ingin selalu melakukan hal-hal yang diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, mengagumkan syiar-syiarNya, melaksanakan hal-hal yang diwajibkan oleh Allah, kemudian mereka sangat berhati-hati dari hal-hal yang diharamkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan kehati-hatian yang luar biasa.

Mereka akan melihat bagaimana kejujuran dirinya, tunduk dan patuh kepada Allah, khusyuk dalam beribadah, meneteskan air mata, menerima semua perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yang mana keadaan ini adalah keadaan yang berbeda dikala mereka tidak melaksanakan ibadah haji yang mulia ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala meletakkan di dalam hatinya pintu-pintu yang besar untuk melakukan ketaatan dalam rangka mewujudkan rasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Oleh karenanya kita memperhatikan di dalam ayat-ayat yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berkaitan dengan ibadah haji, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengulang-ulang ayat yang berkaitan dengan takwa. Karena memang di antara hikmah orang yang melaksanakan ibadah haji adalah mewujudkan rasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ini memberikan pelajaran kepada kita bersama bahwa mereka yang diberikan kesempatan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala melaksanakan ibadah haji agar selalu dan senantiasa bertakwa kepada Allah, melaksanakan cita-cita yang diinginkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk selalu bertakwa kepadaNya.

Makna Takwa

Dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, di antara salah satu maknanya adalah melakukan amalan-amalan ketaatan kepada Allah berlandaskan cahaya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan harapan dan tujuan mengharapkan pahala dari Allah. Demikian juga, takwa itu merupakan cara seorang hamba meninggalkan kemaksiatan berlandaskan cahaya dari Allah, yang mana mereka takut akan siksaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan hanya sekedar untaian kata-kata yang diucapkan dengan lisan belaka, akan tetapi hakikatnya seorang yang betul-betul jujur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga rasa takwa ada di dalam hatinya, jelas di dalam amalan dan perbuatannya, sebagaimana yang disebutkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

اَلتَّقْوَى هَا هُنَا، -وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ-،

“Takwa itu di sini (kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan isyarat menunjuk dadanya tiga kali).” (HR. Muslim)

Di dalam hadis yang lain, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

أَلَا إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ , وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ ؛ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ

“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad kita ini ada segumpal daging. Apabila dia bagus, maka yang lain akan ikut bagus. Apabila dia tidak bagus, maka yang lain pun akan ikut rusak. Perhatikanlah, bahwa segumpal daging itu adalah hati.”

Dari hadits yang mulia ini, diketahui bahwa sesungguhnya hati bisa membuat seseorang mengisi hari-harinya, mengisi jiwanya, mengisi raganya untuk selalu bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kemudian, dengan dia mengisi bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka anggota badannya pun akan istiqamah di dalam melakukan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan itulah di antara makna yang disebutkan oleh Baginda Nabi yang mulia Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Sudah semestinya bagi mereka yang dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala melaksanakan ibadah haji agar menjadikan pintu takwa ini merupakan penyempurna dari amalan-amalan ketakwaan yang bisa mengantarkan dirinya kepada keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Cita-cita yang luar biasa dalam rangka mewujudkan ketakwaan kepada Allah. Dan yang demikian terlihat ketika mereka melaksanakan manasik-manasik yang mulia ini. Mereka senantiasa berusaha mendapatkan dari dua sisi pintu ketakwaan yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meninggalkan larangan-laranganNya.

Yang demikian terlihat jelas dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ ۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ…

“Sesungguhnya ibadah haji pada bulan-bulan yang telah ditentukan oleh Allah, barangsiapa yang diwajibkan melaksanakan ibadah haji oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka janganlah mereka rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji…” (QS. Al-Baqarah[2]: 197)

Potongan ayat pertama ini adalah bagian dimana kita meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah. Kemudian potongan ayat berikutnya:

…وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ

“Apapun yang kalian lakukan dari kebaikan, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahuinya…” Kemudian Allah berpesan agar kita selalu berbekal dengan bekal takwa.

Sehingga dari ayat ini ada dua sisi; yaitu meninggalkan sesuatu yang bisa menyebabkan kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan sisi berikutnya adalah melakukan hal-hal yang bisa menghantarkan kepada keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ibadah haji merupakan pintu yang sangat mulia sekali ketika seseorang melatih dirinya untuk melaksanakan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan juga melatih diri mereka untuk meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 yang penuh manfaat ini.

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Tujuan Haji Merealisasikan Ketakwaan


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53043-tujuan-haji-merealisasikan-ketakwaan/